Pages

Saturday, April 20, 2013

Jujur dalam Bermusik

 Love bukan melulu cinta sama manusia, sama negara jangan lupa.

Setelah sekian lama ga nulis blog, tergelitik untuk post tulisan ini setelah obrolan lepas tengah malam bersama +Yudhi Putra Tama lewat Bsocial media berlogo burung biru. Kali ini labelsnya about love. Inget, love bukan melulu cinta sama manusia, sama negara jangan lupa. Oya sebelum lanjut baca, tulisan ini sifatnya opini, so boleh suka boleh nggak. Toh saya ga maksa Anda buat baca :p

Kalo lowong banget buat nonton televisi pasti tahu kompetisi (entah) bernyanyi (atau bukan) yang diputar di salah satu televisi swasta yang logonya juga burung dan pesertanya dipilih berdasarkan faktor tertentu (sebut saja X). Acara ini cukup kontroversial karena sering mengeliminasi peserta yang justru dianggap memiliki faktor X dalam kemampuan bernyanyinya.

Kamu aman karena simpati publik. Simpatinya besar sekali dari masyarakat Indonesia

Acara kontroversial didukung dengan juri yang gak kalah kontroversial. Ada 4 juri yang (katanya) merupakan diva dan komposer kenamaan seantero Indonesia. Sebut saja inisial mereka BebiRomeo, AnggunCiptaSasmi, Rossa, AhmadDhani (duh typo!). Entah kenapa saya melihatnya sebagian dari mereka tidak jujur dalam memberikan komentar. Seperti takut kena bully dari pendukung para peserta. Bukannya ini termasuk korupsi kata hati? Sampai tadi malam ada salah satu juri mengatakan bahwa ada peserta yang aman posisinya karena simpati publik (referensi: http://id.omg.yahoo.com/news/anggun-bilang-fatin-aman-karena-simpati-publik-044257927.html). Wow, ini komentar yang jarang keluar dari si juri and I really appreciate it! Di luar motivasi apa di balik komentar ini, inilah kejujuran dalam berpendapat. Saat jelek berikan "masukan", saat baik berikan "penghargaan".

Unsur paling penting dari semua ini tentunya penonton. Bukan kepuasan dan masa depan setelah menikmati acara tetapi banyaknya penonton. Makin tinggi rating penonton, makin banyak iklan, makin banyak HEPENGnya (baca: duit). Yang untung siapa? Ya yang punya acara. Penonton dapat apa? Bisa jadi dapat mental tidak jujur juga..Bagaimana tidak, ratusan ABG berteriak histeris saat salah seorang peserta laki-laki tampil menyanyi dengan suara sumbang (meski saya akui dia punya musikalitas yang baik). Lalu apa karena faktor wajahnya sudah tampan lalu ia bisa mengabaikan faktor kejujuran dalam bernyanyi?

Saya setuju banget dengan pendapat Yudhi teman saya bahwa selera dan pendapat seseorang dalam bermusik tidak bisa dipaksakan oleh siapapun bahkan oleh bayangan orang itu sendiri, namun saat seseorang menjadi ingkar terhadap isi hatinya, tidak menutup kemungkinan ini salah satu bibit-bibit korupsi.


Musik itu bahasa paling universal di dunia.

Seseorang tidak perlu tahu suku, agama, atau jenis kelamin untuk menyampaikan dan menikmati musik, namun saat seseorang menjadi tidak jujur dalam menyampaikan dan menikmatinya, ia sudah korup terhadap dirinya sendiri dan tidak menutup kemungkinan menular pada orang di sekitarnya.

Mari menjadi penyampai dan penikmat musik yang JUJUR. Yeah, sejauh ini hanya bisa berharap acara-acara yang dihasilkan pertelevisian Indonesia pun dapat diproduksi dengan lebih JUJUR. Tidak menggunakan alasan Hari Kartini ataupun Hari Ulang Tahun seseorang untuk menghindar dari kejujuran :D
 
Gratis Berlangganan Artikel dari Purple Kite Via Email, Join Now!